Wednesday, January 21, 2015

Empat Milyar Orang Belum Tersentuh Internet

Di tengah pertumbuhan internet saat ini, ternyata sekitar 4 milyar orang di dunia belum terhubung dengan internet.

Hasil survei perusahaan konsultan asal Inggris, McKinsey & Company, menggunakan data Bank Dunia memperlihatkan, 60 % wilayah di dunia belum mendapatkan akses internet.

Yang mengejutkan adalah dari total 4 milyar ini, dua pertiga populasi berada di 20 negara, termasuk India, Rusia, Nigeria, Brazil dan bahkan Amerika Serikat. Di Amerika Serikat sendiri, diketahui satu dari lima penduduknya tidak terhubung internet.

Namun kondisi ini diprediksi akan cepat berubah. Pada 2017, jumlah orang yang sudah terhubung dengan internet akan bertambah sekitar 1 milyar orang. India akan menjadi wilayah yang penduduknya terhubung dengan internet tahun itu.

Kemudian, guna membantu terhubungnya seluruh dunia dengan internet, perusahaan layanan jejaring sosial, Facebook dan perusahaan jasa internet, Google pun mengerjakan proyek - proyek inovatif.

Facebook kini berfokus pada proyek drone surya raksasa, sementara Google bertekad memanfaatkan balon - balon berkekuatan tenaga surya untuk melambungkan akses internet sehingga seluruh dunia bisa mengaksesnya.

Akses internet kini menjadi bagian penting dalam kehidupan manusia dan dapat menjadi indikator kunci prospek ekonominya. Oleh karena itu, proyek - proyek demi menghubungkan seluruh dunia dengan internet dirasakan penting.

Perusahaan penyedia internet di Amerika Serikat beberapa waktu lalu telah meluncurkan internet tercepat di dunia, yang memudahkan orang mengunduh film dalam satu detik.

Hal ini diharapkan akan membantu meningkatkan gairah orang - orang diseluruh dunia untuk menciptakan hal yang tak kalah hebatnya.



Alasan Empat Milyar Orang Belum Tersentuh Internet

Ada empat alasan mengapa empat milyar orang ternyata belum tersentuh internet. Hasil survei perusahaan asal Inggris McKinsey & Company, menggunakan data Bank Dunia menunjukkan belum terlihatnya manfaat internet untuk pengguna offline itu menjadi alasan pertama. Menurut survei, alasan ini didukung kurangnya konten - konten dan layanan lokal serta penerimaan sosial dari orang - orang itu.

Masalah dasar ini termasuk biaya pembuatan dan pengembangan konten serta layanan lokal yang tinggi, kendala model bisnis yang dipakai, kurangnya kesadaran merek dan pengiklan setempat dalam menjangkau konsumen. Kemudian kurang terpercayanya sistem logistik dan pembayaran (khusus e-commerce dan layanan online perbankan), keterbatasan kebebasan menggunakan internet, dan keamanan informasi. Alasan lain adalah rendahnya pendapatan dan keterjangkauang orang. Kendala ini diperburuk oleh tingginya biaya perusahaan dalam menyediakan akses internet di antaranya karena kondisi ekonomi lemah pada sebagian besar segemen orang, termasuk mereka yang menganggur dan memerlukan perkerjaan serta kesempatan meningkatkan pendapatan di wilayahnya.

Di saat yang sama, kondisi insfratruktur seperti jalan dan listrik menjadi hambatan tersendiri yang meningkatkan biasa pemasangan internet. Faktor lainnya adalah tingginya biaya pemeliharaan alat dan jaringan. Insfrastruktur juga menyangkut masalah keterjangkauan akses internet mobile, bandwidth, dan jaringan utama di negara bersangkuran yang belum maju. Kemudian, kurangnya kemampuan orang dalam memanfaatkan teknologi digital menjadi alasan berikutnya. Aspek ini meliputi kurangnya literatur teknologi digital atau belum nyamannya orang mengakses dan menggunakan teknologi digital.

Di samping itu, bahasa menjadi masalah yang juga membuat orang - orang tak bisa tersentuh internet. Akar masalah ini tak lain terletak pada sistem pendidikan.

No comments:

Post a Comment